
Seiring dengan perkembangan teknologi yang kian canggih, perguruan tinggi Islam Negeri tetap harus mempertahankan ciri khas Al-Quran-nya. Demi menambah wawasan dan memperbaiki kualitas bacaan Al-Quran, Prodi PAI FTK UIN SMH Banten menggelar Pelatihan Tahsin Al-Quran Melalui Metode Maisura, Rabu, 22 Mei 2024. Acara yang langsung dibuka oleh Wakil Dekan II, Dr. Apud, M.Pd menyatakan apresiasinya karena pelatihan Al-Quran seperti ini tetap harus dibumikan demi memberikan pembelajaran terbaik bagi mahasiswa. “Kampus boleh unggul namun tetap kita pertahankan ciri khas universitas Islam negeri-nya, salah satunya dengan terus melatih kemampuan membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Metode Maisura adalah salah satunya,” papar Dr. Apud.

Acara yang langsung dimoderatori oleh Ibu Rita Desturiana, M.Ag selaku pengampu Mata Kuliah Tahsin Al-Quran, diikuti oleh lebih dari 300 mahasiswa Prodi PAI dari seluruh semester. Mahasiswa terlihat sangat antusias mengikuti acara tersebut; mereka bukan saja senang dapat menimba ilmu langsung dari penggagas Metode Maisura, Abah KH. Dr. Ahmad Fathoni, LC, M.A melainkan juga acara ini disampaikan begitu detail oleh Abah Kyai. Di awal materi, Abah Kyai menjelaskan bahwa penamaan Maisura sendiri terinpirasi dari surah Al-Kahfi ayat 28, “Wa immâ tu‘ridlanna ‘an-humubtighâ’a raḫmatim mir rabbika tarjûhâ fa qul lahum qaulam maisûrâ— Jika (tidak mampu membantu sehingga) engkau (terpaksa) berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang lemah lembut,“. Dengan adanya pembelajaran Al-Quran dengan Metode Maisura, diharapkan siapapun kita; baik pemula, pertengahan dan tahap advance/ mahir sekalipun dimudahkan untuk memahami apa yang Allah sampaikan dalam Al-Quran.

Abah Kyai Fathoni yang kini masih mengajar di Institut Ilmu Al-Quran bukan hanya menggagas Metode Maisura; beragam karya beliau di bidang Al-Quran sangat banyak; beberapa di antaranya Kaidah Qiraat Tujuh Jilid 1 & 2, Cara Cepat Menghafal Al-Qur’an Metode Cetak, Studi Bacaan Al-Qur’an Riwayat Hafsh dan Qalun (Surah al-Fatihah, al-Baqarah dan Ali ‘Imran), 100 maqra Qira’at mujawwad menurut riwayat Qalun-Warsy-Khalaf & Qira’at Sab’ah. Tuntunan Praktis 99 Maqra Qira’at Mujawad Riwayat Al-Bazziy & Qunbul, dan Tuntunan Praktis 101 Qaqra Qira’at Mujawad Abu Amr-riwayat ad-Duriy & as-Susiy.

Kecintaan dan kedalaman ilmu Abah Kyai Fathoni dalam bidang Al-Quran tak lepas dari peran kedua orangtuanya. Beliau dilahirkan di sebuah desa kecil wilayah kabupaten nganjuk jawa timur. Ketika duduk di kelas 4 SD ayahnya pulang ke rahmatullah sehingga sejak saat itu di besarkan oleh seorang janda petani miskin yang harus menghidupi ketiga anaknya; namun di dalam mendidik anak, baik ilmu agama maupun umum tidak kalah dengan orang lain yang berkecukupan, walaupun harus menjadi buruh tani sekalipun.

Maka tidak mengherankan jika Abah Kyai ketika tamat SD juga tamat sekolah ibtidaiyyah, di samping pada sore hingga malam harinya mengaji AL-Qur’an dan ilmu agama di sebuah surau pada seoran guru mengaji di kampungnya. Tidaklupa, setiap minggu ia di suruh ibunya khusus mengaji Al-Qur’an pada seorang kyai yang hafal Al-Qur’an di desa tetangga yang dikenal sangat memperhatikan kefasihan pelafazan huruf dan ketepatan bertajwid di dalam membaca Al-Qur’an karena kyai tersebut tamatan pondok pesantren Al-Qur’an Krapyak Yogyakarta yang mahsyur kala itu hingga kini.
Setelah tamat SD, Abah Kyai melanjutkan SMP Negri dengan tidak lupa tetap mengaji Al-Qur’an dan menimba ilmu agama pada kyai tersebut bahkan setiap hari. Dan setamat SMP, ia melanjutkan ke SMA Negri di kertasono nganjuk dan sekaligus menadi santri di pesantren salaf miftahul ‘ula nglawak dekat SMA tersebut. Ketika masih duduk kelas 2 SMA ia ikut ujian extranei di madrasah tsanawiyah negeri; selanjutnya ketika duduk di kelas 3 SMA, ia ikut menempuh ujian extranei madrasah Aliyah negeri di pesantren Tambak Beras Mombang. Dengan demikian, ketika lulus SMA tahun 1969, ia juga lulus MAAIN. Setamat SMA, bukan melanjutkan ke perguruan tingggi , akan tetapi berangkat ke pesantren krapyak Yogyakarta untuk menghafal Al-Qur’an pada kyai Haji Ahmad Munawwir yang mempunyai sanad ke-30 dari Rasulullah SAW , di mana beliau menghafal Al-Qur’an dan ber-Talaqqiy kepada kakak kandungnya, kyai abdul Qadir – yang keduanya – adalah putra kyai haji Muhammad munawwir (w.1942) yang menghafal Al-Qur’an dan belajar Qira’at sab’ah di Makkah al-Mukarramah.

Begitu selesai menghafal Al-Qur’an tahun 1973, ada kabar bahwa perguruan tinggi ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Jakarta membuka pemberian beasiswa 1 orang untuk masing masing provinsi di Indonesia. Maka Abah Kyai beruntung mendapatkan kesempatan tersebut sebagai utusan dari provinsi Jatim. Namun, ketika baru tingkat III (1979) ada kesempatan memperoleh beasiswa untuk kuliah pada Fakultas Al-Qur’an wa Ad-dirasat al-Islamiyyah di Madinan Saudi Arabia. Pada fakultas terseut , ia belajar syarh syatibbiyyah fi al-qira’at al-sab’, sedang tatbiq al-qira’at al-asyr yang mutawatirah (untuk qira’at sab’’ah menurut tariq asy-syatibiyyah pada syekh ‘Abdul Rafi’ Ridwan dan Qira’ah tsalatsah menurut Tariq ad-Durrah pada Syekh Akhmad Sibaweih al-Badawiy).
Tahun 1981 pulang ke tanah air dan langsung mengajar Qira’at Sab’ah, ilmu Rasm Usmani, Ilmu Tajwid, dan Tahfiz Al-Qur’an di PTIQ dan IIQ Jakarta menggantikan syekh Abdul Qadir Abdul ‘Azhim yang telah pulang ke Mesir, hingga sekarang.
Program S2 di UN Syarif Hidayatullah Jakarta (1997-1999), dan pada tahun 2000 melanjutkan kuliah program S3 di universitas uang sama dan meraih gelar doktornya pada tahun 2008. Pada saat ini Ahmad Fathoni menjadi dosen UIN Syarif Hidayatullah dpk IIQ Jakarta, di samping menjadi dosen tidak tetap di institute PTIQ Jakarta, Sekolah tinggi Kulliyatul Qur’an Al-Hikam Depok (seluruh mahasiswa ketika masuk perguruan tinggi ini harus sudah hafal Al-Qur’an 30 juz), tenaga pengajar di Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur’an (LBIQ) DKI Jakarta, dan juga sebagai anggota Lajanah Pentashihan Al-Qur’an Kemenag.
Uraian dan perjalanan panjang Abah Kyai untuk belajar dan mendalami AL-Quran MasyaAllah— luarbiasa. Kami bersyukur, bahagia dan bangga karena dapat belajar langsung metode pembelajaran Al-Quran dari Sang Ahli— Abah Kyai yang sanadnya sampai kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. Harapannya, semoga kegiatan ini akan terus berlanjut tidak terhenti hanya dalam layar zoom saja. Semoga pula, Allah jadikan mahasiswa/i Prodi PAI ahlul Quran, mencintai Quran dan tak henti untuk terus belajar, membaca, mengkaji, menghayati dan mengamalkan Al-Quran. Aamiin
Penulis: Tim PWC
Editor: ISF