Home » Blog » Perkuat Perspektif Ekologis dalam Pendidikan, Dosen Prodi PAI Turut Hadiri Workshop Dakwah Hijau

Perkuat Perspektif Ekologis dalam Pendidikan, Dosen Prodi PAI Turut Hadiri Workshop Dakwah Hijau

Kerusakan alam dan lingkungan yang nyata terjadi saat ini, bukan saja menjadi tanggungjawab pemerintah. Kita semua, individu terlepas dari apapun profesi, tugas kesehariannya, bertanggung jawab secara penuh untuk ‘memperlakukan’ alam secara bijak dan penuh hormat. Alam yang dideskripsikan dalam Al-Quran sebagai tempat penghidupan makhluk (ma’aisy) menempati posisi strategis karena manusia dan seluruh makhluk yang hidup di dalamnya, tidak akan bisa bertahan jika bumi terus menerus di rusak. Itu artinya, peran serta khalifah fil ardh (Qs. 2/30) yang tertuju khusus pada manusia, memiliki peran serta aktif bukan untuk menundukan alam dan mengeksploitasinya, melainkan memanfaatkan alam dengan tetap menjaga kelestariannya.

Sejalan dengan semangat tersebut, salah satu dosen Prodi PAI FTK UIN SMH Banten, Dr. Ina Salmah Febriani H, M.A turut mengikuti workshop ‘Kerusakan Lingkungan: Peran Dakwah Hijau Da’i’, Sabtu (14/12) di Halaman Tujuh, Bayt Quran, South City, Pondok Cabe. Acara ini diinisiasi oleh CariUstadz.id, platform dakwah digital dari Pusat Studi Quran (PSQ), Greenpeace Indonesia, Ummah for Earth, Islami.co. Turut hadir dalam acara ini, Mbak Nasywa Shihab (founder CariUstadz.id & Direktur PT Lentera Hati), Rahma Shofiyana (Ummah for Earth Lead Project), para narasumber, serta asatidz/ah Cariustadz.id & santri-santri pascatahfidz Bayt Quran.

Dakwah Hijau atau Green Da’wa yang secara masif mulai terdengar dewasa ini sebagai upaya untuk menjaga kelestarian alam bermaksud untuk mengajak seluruh lapisan masyarakat, khususnya pendidik dan da’i da’iyah agar turut mengampanyekan literasi Qurani soal pentingnya menjaga alam dan lingkungan. “Narasi-narasi keagamaan yang mendukung pelestarian alam sedapat mungkin bisa disampaikan dalam kajian rutin Al-Quran, majelis ta’lim, rumah-rumah belajar keagamaan, sebab ini penting.” ujar Dr. Ali Nurdin, M.A, selaku pimpinan CariUstadz.id & salah satu dewan pakar Pusat Studi Quran (PSQ). Dr. Ali juga kembali mengingatkan salah satu ayat fenomenal terkait kerusakan alam, Qs. ar-Rum/41 bahwa ada lafaz ‘aydin-nas’– yang menurut sebagian mufassir bahwa ada bencana yang disebabkan oleh ulah tangan manusia dan inilah yang kita rasakan sekarang. BNPB mencatat, ada sekitar 5400 bencana di 2023 dan hanya sekitar 50 yang bisa dikategorikan sebagai bencana alam. Selebihnya, bencana yang diakibatkan campur tangan dan kezaliman manusia.

Senada dengan Ustadz Nurdin, perwakilan dari Ummah for Earth, Rahma Shofiyana juga menilai acara ini sangat penting untuk mengedukasi asatidz/ah agar mau memasukkan nilai-nilai penting melestarikan lingkungan dalam tugas-tugas dakwah kontemporer. Dalam workshop ini, seluruh peserta dibekali materi yang sangat edukatif terkait fakta-fakta kerusakan alam yang cukup memprihatinkan. Dari soal krisis iklim yang disampaikan Pak Bondan, kesadaran soal penggunaan sampah plastik yang mematikan makhluk hidup oleh Mbak Afifah, sampai kepada informasi tentang kerusakan hutan yang disampaikan oleh Pak Iqbal Damanik. Seluruh isu ini sangat penting utamanya soal krisis iklim yang belakangan mulai kita rasakan efeknya. “Saat ini, Indonesia masih menggunakan energi tak terbarukan; batu bara, gas bumi dan lain sebagainya yang kalau digunakan terus menerus, pasti akan habis dan merusak alam. Indonesia belum mengambil langkah serius untuk menggunakan energi terbarukan semisal solar panel, ini belum cukup massif.” ujar Pak Bondan.

Selain krisis iklim, yang juga penting ialah soal limbah plastik. “Kabar buruknya, Indonesia menjadi negara kedua penghasil plastik terbesar di dunia setelah China’ ujar Mbak Afifah. Lalu kemana sampah tersebut bermuara? Indonesia belum memiliki cara yang tepat, padahal, limbah sampah plastik setiap hari pasti bertambah. “Bahkan, partikel-partikel kecil plastik kini sudah ditemukan di bagian terpenting manusia; di ASI, Plasenta, rahim, bahkan otak manusia,’ tuturnya.

Selain informasi tentang fakta-fakta kerusakan lingkungan, para peserta juga diberi materi penyamaan persepsi dan dalil-dalil yang bisa digunakan untuk menyuarakan pesan-pesan ekologis di masyarakat. Sesi ini langsung dipandu oleh kawan-kawan dari islami.co, Mas Alvin & Al-Hafidz Kurniawan.

Para pendakwah, menurut Alvin seringkali sulit memilih ayat yang pas terkait krisis iklim, eksploitasi alam serta aksi apa yang kita bisa menanggulanginya, maka dalam sesi ini, penyamaan persepsi perlu kita lakukan agar da’i/ da’iyah, memiliki persepsi yang sejalan dengan prinsip-prinsip pemanfaatan alam. Lebih lanjut, Al-Hafidz Kurniawan juga memberikan penguatan materi tentang hal penting yang harus dimiliki da’i kontemporer. “Jika kita melihat konteks Al-Quran, amal shaleh itu sangat banyak bentuknya. Jangan kira hanya solat dan puasa. Usaha pelestarian alam juga termasuk langkah amal shaleh & tentu akan dipertanggungjawabkan di akhirat nanti. Karena itu, mari teman-teman, upayakan secara maksimal, agar kita mampu memasukkan prinsip-prinsip ekologis dalam tugas-tugas dakwah, atau dalam profesi lainnya yang memang digeluti. ” tutur Al-Hafidz.

Pasca sesi, peserta dibagi enam kelompok dan mulai mengurai apa permasalahan soal lingkungan dari soal polusi udara, air, hutan, sampai isu tentang tambang beserta aksi nyata apa yang dapat kita lakukan.

Alhamdulillah, semoga acara ini bisa menghasilkan da’i/ da’iyah yang mampu menyampaikan pesan-pesan ekologis di masyarakat, juga tak ragu— untuk memulai di bidang profesi apapun yang digeluti, termasuk di lingkup pendidikan kita hari ini! Prodi PAI sendiri dengan bangga telah melakukan upaya pelestarian alam dengan aksi menanam pohon 2023 silam. Acara ini sekaligus memantik diskusi soal pentingnya pelestarian alam & membangun kesadaran pendidik juga civitas akademika tentang budaya ramah bumi semisal menggunakan tumblr dan menghindari pembelian botol minum sekali pakai (reduce), termasuk mulai menggunakan gelas-gelas untuk minum dalam setiap acara untuk mengurangi sampah plastik air mineral gelas sekali pakai. Kesadaran ini memang harus dibangun dan dimulai dari individu, lalu menyuarakan terus menerus secara istiqamah, untuk membangun kesalehan sosial. Sekali lagi, jika bukan kita yang jaga bumi, siapa lagi?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top