Initiating Moral and Character Building in Education Environment towards Civilized Community

Dunia memang sedang mencari keseimbangan. Di tengah maraknya fenomena perilaku amoral yang melibatkan peserta didik sebagai pelakunya, seperti seks pra-nikah, video porno, penyalahgunaan NAPZA dan minuman keras, tawuran, kekerasan perploncoan, penghinaan guru dan sesama murid melalui facebook. Bahkan kasus-kasus korupsi, kolusi dan manipulasi yang prevalensinya banyak melibatkan orang-orang terdidik dan terpelajar. Hal ini menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan yang idealnya melahirkan generasi-generasi terdidik dan beretika sekaligus menjadi musuh utama fenomena-fenomena perilaku amoral tersebut.

Seminar Internasional yang mengusung tema “Memprakarsai moralitas dan Membangun Karakter di Lingkungan Pendidikan” merupakan langkah penting untuk menyikapi kondisi tingginya keprihatinan masyarakat luas terhadap moral masyarakat dunia saat ini yang ditandai dengan melemahnya sikap dan perilaku mulia sebagai identitas dari pergaulan bangsa-bangsa yang beradab dan berkarakter.

Situasi seperti ini terjadi dari hulu sampai hilir mulai dari tataran masyarakat pinggiran sampai masyakarat perkotaan, mulai dari kelas elit sampai kelas teri dan seterusnya. Perilaku koruptif telah membudaya sedemikian masif di tengah-tengah masyarakat, perbuatan-perbuatan yang disinyalir melanggar norma dan moral serta kepatutan dianggap hal biasa dan tidak ada rasa malu walaupun disaksi oleh masyarakat luas.

Keprihatin ini merupakan buah dari proses panjang yang luput diantisipasi sejak dini terutama di lingkungan pendidikan.
Para pakar pendidikan meyakini bahwa menanaman nilai-nilai moral dan pembangunan karakter di lingkungan pendidikan akan memberikan sumbangan yang berarti bagi pembangunan moral dan karakter sebuah bangsa. Lingkungan pendidikan diyakini sebagai miniatur dari kehidupan masyarakat.

Seminar Internasional ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam berbagai aspek yang berkaitan dengan upaya untuk menciptakan masyarakat yang beradab (civilized community) di tengah-tengah rusaknya tatanan kehidupan dan dekadensi masyarakat dengan menciptaan lingkungan pendidikan berbasis pada akhlaq karimah dan nilai-nilai mulia.
Bertindak sebagai keynote speaker pada seminar ini, Bapak Prof. Dr. H. Fauzul Iman, M. A. selaku Rektor IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten menyampaikan bahwa Negara indonesia pada dewasa ini telah dilanda krisis multidimensi sebagai perwujudan anak bangsa yang tidak mendengarkan hati nuraninya dalam berbuat di segala bidang. Maka kita harus sikapi krisis multidimensi tersebut dengan solusi membangun kembali tatanan nilai dengan berpijak pada konsep kesetaraan etika dan moral dasar, sehingga dalam perumusan hukum harus didasarkan pada asumsi nilai-nilai moralitas dan prinsip-prinsip humanis terhadap para penegak hukum. Akan tetapi sangat ironis idealis penegakan hukum menjedi tercoreng disebabkan ulah para aparat hukum sendiri. Demikian juga dengan dunia pendidikan, yang tidak pernah terlepas dari bangunan karakter para pelakunya. Pendidikan yang baik adalah yang mampu berikan contoh kepada generasi yang dididiknya. Oleh karena itu, amat penting bagi seorang pendidik untuk mengedepankan nilai moral dan etika di hadapan para pendidik, karena itulah yang menjadi dasar berpijak penanaman karakter dan moral dalam diri pendidik.

Sementara pembicara lainnya adalah Bapak Dr. Muhamed Mestiri dari Universitas Zitouna Tunis yang menyampaikan materi Moral and Character Building In Islamic Education Environment. Kedua adalah Ibu Dr. Faizah dari International Islamic Universirty Malaysia yang menyampaikan materi Initiating Civilized Community in Education Environment. Ketiga Bapak Prof. Dr. Ramlee Mustapha, Ph.D dari UPSI Malaysia yang menyampaikan materi Paradigm of Education Bridging Characters and Innovation.

Dr. Ramlee Mustapha dalam uraiannya menyebutkan bahwa pengaruh globalisasi pada karakter siswa tidak dapat diabaikan. Pengaruh-pengaruh dari media sosial, hiburan, dan permainan digital pada perilaku negatif siswa merupakan bukti nyata yag diperoleh pada beberapa penelitian empirik. Jadi, hal penting dari pendidikan moral dan karakter adalah meningkatkan peran-serta diantara orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan. Untuk menjadi produktif, relijius, spiritual, pendidikan moral dan karakter juga harus memelihara kemampuan kognitif dan inovatif siswa.

Beliau juga menyebutkan bahwa revolusi lain yang dibutuhkan untuk mengubah sistem pendidikan dan mempersiapkan lulusan untuk lingkungan kerja abad ke-21 dengan sikap dan karakter yang baik. Pembangunan karakter, pembelajaran otentik, multiliterasi dan pemikiran inovatif adalah kunci untuk model pembelajaran abad ke-21. Pembelajaran otentik biasanya berfokus pada dunia nyata, masalah yang kompleks dan solusi mereka menggunakan latihan bermain peran, kegiatan berbasis masalah, studi kasus, dan partisipasi dalam komunitas virtual.

Gagasan utama dari pemaparan beliau adalah meninjau kembali belajar otentik sebagai alat dinamis untuk meningkatkan pembelajaran dan untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam rangka pemikiran yang lebih tinggi, pembelajaran aktif, dan pembangunan karakter.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*