FTK UIN Banten—- Ratusan mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) turut meramaikan kelas perdana PAI Writing Clinic, Rabu, 18 Januari 2023. Agak berbeda dengan nuansa perkuliahan yang biasanya diadakan di ruang-ruang kelas, konsep PWC lebih santai dan melantai di Ruang Sidang PAI, FTK, lantai 2. Konsep kelas offline ‘ngedeprok’ ini memungkinkan teman-teman mahasiswa/i PAI belajar dengan lebih nyaman, heart to heart karena tidak ada sekat antara pembicara dengan peserta. Sebelum masuk pada sesi materi, peserta dibekali arahan oleh Bapak Kaprodi PAI, Drs. H. Saefudin Zuhri, M.Pd. Dalam sambutannya, beliau mengapresiasi kegiatan bernuansa akademik untuk memperkuat pengetahuan mahasiswa di bidang tulis-menulis.
‘Melahirkan karya seperti skripsi, sangat butuh proses dari awal hingga akhir. Tidak ujug-ujug teman-teman bisa menulis. Karenanya dinamai klinik, sebab pada kegiatan ini kalian akan diajarkan oleh para pengajar yang ahli (spesialis) di bidangnya,’ tutur Kaprodi PAI.
Sebagai sebuah karya akhir— lanjut Kaprodi PAI, mahasiswa/i tentu perlu pembekalan sebelum akhirnya mampu menulis sebuah skripsi. PAI Writing Clinic diharapkan bisa menjadi wadah belajar bersama antara peserta dan pemateri untuk lebih menggali beberapa kesulitan, hambatan, tantangan dan ‘penyakit’ dalam dunia kepenulisan atau karya ilmiah. ‘Dosen-dosen atau pemateri spesialis nantilah yang akan mengidentifikasi dimana ‘penyakit’ teman-teman semua sehingga mungkin ada yang kesulitan mencari referensi, sukar di metodologi serta kesulitan lain yang seringkali ditemui dalam penyusunan skripsi,’ imbuhnya.
Aneka kesulitan dan hambatan mahasiswa dalam penyusunan skripsi, tidak jauh dari faktor utama dalam sebuah tulisan yakni proses pencarian dan penemuan ‘masalah’. Karena itu, tema ‘Tak Kenal Maka Tak Sayang: Berkenalan dengan ‘Masalah’ dan Jenis Penelitian’ menjadi bahasan awal kelas perdana PWC yang dibawakan langsung oleh Sekprodi PAI, Dr. Ina Salmah Febriani H, M.A. Dalam paparannya, Sekprodi PAI menyampaikan bahwa ‘masalah’ menjadi core/ inti dari arah penelitian. Apa yang akan ditulis oleh seseorang dalam karya ilmiahnya, lahir dari sebuah masalah/ fenomena/ kejadian. Beragam fenomena yang terjadi dan tidak sesuai dengan kondisi ideal seringkali memunculkan rasa penasaran, keingintahuan dan kegelisahan. Pada fase inilah seorang peneliti diharapkan ‘jeli’ melihat peluang ‘masalah’ dalam skripsinya. ‘Sehingga, dalam penelitian itu bukan judulnya yang kece, tapi ada ‘masalah’ apa yang akan diteliti untuk disesuaikan pada referensi/ teori dan metodologi, kemudian dicarikan solusi’ paparnya.
Selepas paparan, tercatat beberapa mahasiswa bertanya mengenai kondisi / progres penelitian masing-masing termasuk bagaimana caranya agar mampu tekun, fokus dan lancar menulis. ‘Tak ada resep spesial. Sebab motivasi terbesar bukan dari orang lain, tapi dari diri sendiri. Find your big why, temukan ‘jawaban’ mengapa kamu harus menyelesaikan karya akhir ini? Demi siapa? Untuk apa? Misal motivasi kamu untuk orangtua yang telah berjuang membiayai kuliah dari awal hingga akhir, maka rasanya tidak ada alasan untuk bermalas-malasan, bukan?’ jawabnya.
Pertanyaan mahasiswa lainnya terkait dengan sumber bacaan atau referensi juga menjadi diskusi bersama. Dalam sebuah penulisan karya, kita tidak bisa lepas dari proses pencarian, penggalian, pengkajian referensi. Aneka sumber bacaan itu harus dibaca, dipahami, diteliti. Dengan membaca, mahasiswa diharapkan mampu terbuka wawasannya sehingga kesulitan menulis (writing block) sedapat mungkin bisa dihindari. ‘Teman-teman wajib meluangkan waktu untuk mencari referensi dan membacanya. Tidak bisa hanya banyak referensi saja. Luangkan waktu membaca misal hari Selasa, jam 9-11 dan catat poin-poin pentingnya. Ini sangat perlu karena kalau teman-teman tidak membaca karya orang lain, bagaimana bisa muncul ide untuk menulis? Untuk bisa sampai di tahap menulis, kita harus mau meluangkan waktu untuk membaca,’ tutur Dr. Ina.
Pertanyaan serupa namun berbeda, lahir dari salah seorang mahasiswa yang juga sedang merintis sebuah usaha, Utami (PAI/6). Utami bertanya apa saja jenis-jenis penelitian PAI dan bisakah diintegrasikan ke dalam lingkup bisnis/ edupreneur misalnya? Utami yang konsen pada usaha roti ingin merencanakan penelitiannya ke arah edupreneur. ‘Tentu, sebagai jurusan yang selalu laris tiap tahunnya, PAI memiliki keunggulan tersendiri. Salah satunya, teman-teman bisa mengeksplorasi bidang apa yang teman-teman minati lalu dicari titik temunya pada jurusan PAI,’ ungkap Dr. Ina. ‘Namun, apa saja wilayah kajian penelitian ke-PAI-an, teman-teman harus bersabar, insyaAllah materi tsb akan dibawakan langsung oleh Pak Dekan FTK, Dr. Nana Jumhana, M.Ag, ya!’ pungkas Ibu Ina.
Kelas perdana PAI Writing Clinic ini diramaikan hampir 100 mahasiswa dari beberapa semester. Meski perkuliahan masih libur, kehadiran mereka pada kelas perdana menjadi bukti ‘ghirah’ untuk terus berikhtiar memulai dan menyelesaikan karya akhir. Terjadwal, akan ada sesi-sesi berikutnya total hingga 12 sesi yang akan dipelari mahasiswa/i PAI. Semoga semangat dan stamina terus terjaga agar sampai sesi akhir, peserta bisa terus menikmati proses belajarnya. Aamiin
Penulis: PWC Team Editor: Sekprodi PAI