Menjadi guru di era digital ini memang susah-susah gampang. Sebab, guru tak lagi harus ceramah dan menjadi speaker-oriented. Tak hanya penguasaan materi, guru masa kini diharapkan mampu adaptif dengan perkembangan zaman; memadukan pola pembelajaran interaktif, student centered dan mampu berkomunikasi dengan baik. Strategi komunikasi yang baik saat mengajar, tentu menentukan keberhasilan dan capaian pembelajaran.
Dalam sambutannya, Kaprodi pun mengamini hal tersebut. Komunikasi, meski terdengar basic, namun nyatanya masih banyak hal-hal yang belum kita tau. Ketidaktahuan kita dalam pola maupun strategi komunikasi, menyebabkan sulitnya pesan sampai pada komunikan. Karenanya, guru ialah komunikator, speaker ia harus mengetahui konsep dasar terlebih dulu.
“Jika melihat konteks ayat suci al-Quran misalnya, isyarat strategi komunikasi atau public speaking ini nyatanya sudah disebutkan dalam Al-Quran. Qs surah Thaha misalnya, mengabadikan bagaimana Nabi Musa as berdoa pada Allah agar dihilangkan kekakuan lidah dalam menghadapi Fir’aun dengan doanya yang masyhur, Rabbisyrahlii shadrii wayassirlii amrii wahlul uqdatan millisani yafqahu qauli,” tutur Kaprodi PAI, Drs. H. Saefudin Zuhri, M.Pd
Senada dengan Kaprodi PAI, Dekan dalam sambutannya pula mengapresiasi diadakannya seminar bertajuk ‘Public Speaking for Islamic Teacher in Digital Era’ karena memang komunikasi menjadi satu komponen pembelajaran era saat ini. “Pola pembelajaran era digital ini diharapkan mencakup 4C yakni Critical Thinking, Communication, Creativity dan Collaborative. Komunikasi, menjadi bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.” tutur Dekan.
Apresiasi Kaprodi dan Dekan menjadi penyemangat mahasiswa/i Prodi PAI dalam acara public speaking siang tadi. Kak Edy, begitu pembicara disapa, tak kalah antusias, interaktif, humoris dan energik. Selain berbagi konsep dasar komunikasi, Kak Edy juga mempraktikkan secara langsung bagaimana gesture dan vokal sangat memengaruhi cara pandang komunikan terhadap kita. “Artinya, ketika teman-teman ditunjuk menjadi pembicara, maka persiapkanlah dengan matang termasuk hal-hal yang berkaitan dengan visual; kerapihan dalam berpakaian, tata cara berhijab– yang ga harus mahal or branded, yang penting teman-teman mampu memadu madan dan memakai dengan cukup percaya diri.”
Selain resep-resep khusus bagaimana bisa tampil ‘good looking’ saat menjadi pembicara, kak Edy tak segan untuk meminta mahasiswa-mahasiswi memraktikkan langsung cara berbicara di depan, lalu meminta mahasiswa lain untuk mengoreksi kekurangannya entah dari gaya bicara, vokal, intonasi, gesture, dan lain sebagainya.
Selain praktik langsung, kak Edy juga memandu anak-anak untuk turut mengafirmasi diri dengan kata-kata positif. Hal ini penting sebelum tampil agar mahasiswa dibekali kepercayaan diri yang cukup, mereka harus mampu menerima diri apa adanya, menjauhkan diri dari insecure, dan mempersiapkan sebaik mungkin dengan tidak lupa— menyerahkan semuanya pada Allah, Zat yang Maha Memudahkan segala sesuatu.
Alhamdulillah, semoga berkah dan apa yang dipelajari tadi bisa dipraktikkan sama-sama. Terimakasih Kak Edy, Terimakasih PAI…