Home » Blog » Ramadan, Israf dan Pelestarian Lingkungan: Mahasiswa PAI UIN SMH x UPG Kolaborasi Pelatihan Menulis KTIQ

Ramadan, Israf dan Pelestarian Lingkungan: Mahasiswa PAI UIN SMH x UPG Kolaborasi Pelatihan Menulis KTIQ

Ramadan identik dengan kesederhanaan. Namun nyatanya, hal ini belum betul-betul dipraktikkan oleh sebagian umat Muslim. Ramadan justeru menjadi bulan dengan produksi sampah makanan yang terus meningkat setiap tahunnya (Greenpeace, 2023). Melihat fenomena ini, PAI Writing Clinic menginisiasi acara KURMA (Kajian Penulisan Ilmiah Alquran Bareng Mahasiswa. Setelah Rabu (13/3) sukses menggelar acara seminar pertama tentang ‘Ramadan, Israf dan Pelestarian Lingkungan’, pada pertemuan kedua ini (20/3), kami bersyukur dan bahagia kedatangan langsung Dekan FAI Universitas Primagraha, Drs. KH. Deni Rusli beserta jajaran dan enam mahasiswa untuk kerjasama kolaboratif membincang tentang keresahan yang sama: bagaimana anak muda mampu menjadi agent of change dalam aksi nyata pelestarian lingkungan.

Dekan FAI UPG menyambut gembira kolaborasi ini karena sebagai langkah nyata bagaimana mahasiswa/i UPG mampu menjadi khalifah fil ardh, pelestari dan pemakmur bumi yang peka terhadap isu-isu lingkungan. Hal ini, tentu, tidak bisa dilakukan sendirian. Selain itu, Kaprodi PAI UIN SMH Banten, Drs. H. Saefudin Zuhri turut mengapresiasi kehadiran mahasiswa/i UPG untuk belajar secara langsung teknik penulisan MKTQ. “Kami percaya bahwa keberhasilan unggul tidak bisa diraih sendirian. Namun harus dilakukan secara bersama-sama, berjamaah. Semoga kerjasama ini menghasilkan manfaat positif bagi kedua belah pihak,” tuturnya.

Selain sebagai langkah nyata peduli lingkungan di bulan Ramadan, kegiatan ini juga dilakukan sebagai implementasi MoU dan MoA yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Salah satu poin dari MoA itu adalah mengadakan kerjasama kolaborasi di bidang akademik yang melibatkan dosen dan mahasiswa. Sehingga, melalui acara ini, diharapkan mahasiswa bukan hanya cakap dalam menulis artikel ilmiah Alquran namun juga ‘tergerak’ untuk menjaga lingkungan.

Sebelum masuk ke bagian pendahuluan, mahasiswa terlebih dulu diberi pembekalan bagaimana ‘menemukan’ masalah penelitian berbasis lingkungan dan Alquran. Sesi ini dipandu langsung oleh Dr. Ina Salmah Febriani. Tak jauh berbeda dengan penelitian pada umumnya, proses menemukan masalah adalah step awal yang harus dilakukan mahasiswa. Caranya beragam, di antaranya dapat melihat dan ‘peka’ terhadap adanya gap antara tuntunan Alquran dengan apa yang nyata terjadi di lapangan. Setelah brainstorming dan pembekalan dilakukan, mahasiswa dibagi perkelompok untuk saling berkenalan, berdiskusi dan membahas keresahan apa yang selama ini dirasakan terkait pencemaran lingkungan. Utamanya saat Ramadan.

Setelah sesi diskusi selesai, maka mahasiswa yang telah mendapatkan masalah, dapat mempresentasikan hasil pemikirannya. Ini baru tahap awal dari serangkaian penulisan KTIQ. Mahasiswa diharapkan mampu mencari masalah yang betul-betul krusial terkait Ramadan dan fenomena israf untuk nantinya dipersilakan menyampaikan gagasannya di hadapan kelompok lain.

Salah satu kelompok yang telah berhasil menemukan masalah dan mencoba mempresentasikannya, A. Saepudin (PAI/ 6) melihat adanya fenomena diskon baju lebaran yang marak tiap tahunnya. Tren beli baju lebaran ternyata menjadi kegelisahan kelompok ini. Mereka mengungkapkan bahwa Ramadan dan Idul Fitri semestinya menjadi bulan menahan diri namun ternyata sebaliknya, beli baju lebaran yang sebetulnya tidak perlu-perlu amat masih menjadi life style tahunan. Padahal, untuk memproduksi satu baju, cukup banyak limbah yang dihasilkan dan akhirnya mencemari lingkungan. Karena itu, gagasan kelompok ini ialah mereka adakan memanfaatkan kekuatan media sosial untuk digital campaign #NoBajuLebaran.

Selain sesi presentasi, ada beberapa kelompok yang belum menemukan masalah untuk diangat menjadi tema riset, maka, tim mentoring yang terdiri dari pengurus PWC turut ambil bagian untuk dapat mengarahkan peserta apa dan bagaimana cara efektif untuk menemukan masalah yang bisa diangkat menjadi riset ilmiah Alquran.

Semoga dengan adanya kerjasama kolaboratif #JagaLingkungan ini dapat memperkuat mindset dan pemahaman tentang pentingnya melakukan aksi nyata dalam upaya-upaya maupun praktik baik melestarikan alam. Selain dilatih kompetensi menulis KTIQ, mahasiswa/i semoga dapat kesempatan untuk terlibat langsung dalam aksi-aksi pelestarian lingkungan.

Penulis: Tim PWC

Editor: Ina S Febriani

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top