Home » Blog » Praktik Baik Toleransi, Mahasiswa Prodi PAI Ikuti Buka Puasa Bersama Jaringan Gusdurian Banten & Sahabat Lintas Iman

Praktik Baik Toleransi, Mahasiswa Prodi PAI Ikuti Buka Puasa Bersama Jaringan Gusdurian Banten & Sahabat Lintas Iman

Puasa Ramadhan sebagai kewajiban yang harus ditunaikan umat Muslim, lebih terasa ‘kebermanfaatannya’ jika dimaknai secara spiritual. Tak hanya terbatas menahan lapar dan dahaga, puasa diharapkan mampu menyatukan perbedaan. Sebagai implementasi dari hal ini, Jaringan Gusdurian menginisiasi acara ‘Buka Puasa Bersama Lintas Iman dan Berbagi Ta’jil’. Aksi ini dilakukan mengingat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki beragam budaya, adat, suku, bahasa, dan agama. Bhinneka Tunggal Ika yang selama ini mengikat bangsa Indonesia, diharapkan mampu merekat persaudaraan sesama penganut agama. Bertujuan untuk mempertahankan kebhinekaan dan keutuhan bangsa ini Jaringan Gusdurian mengundang beberapa mahasiswa dari beberapa universitas; Prodi PAI salah satunya yang diwakili oleh Kiki Maulana dan A. Saepudin, mahasiswa Prodi PAI Semester VI.

Kegiatan yang berlangsung pada tanggal 30 Maret 2024 ini dilaksanakan di Aula Pura Eka Wira Anantha Kota Serang. Tepat pada pukul 17.00 WIB kegiatan diawali dengan sharing season terkait keutamaan puasa menurut pandangan setiap agama. Setiap agama diwakili oleh satu orang untuk menjelaskan keutamaan puasa menurut kepercayaan dan ajarannya masing-masing. Di antara agama tersebut ialah Islam, Kristen, Budha, dan Hindu.

Lebih lanjut, puasa yang selama ini identik dengan agama Islam ternyata terdapat juga pada agama selain Islam. Hindu misalnya, pemeluk agama Hindu juga melaksanakan puasa pada hari raya Nyepi. Dalam pemaknaan puasa, pemeluk ajaran Hindu juga meyakini bahwa selain menahan makan dan minum, puasa juga menjadi benteng dalam mengontrol nafsu dan syahwat.

Merespon persoalan tersebut, Kak Nita Andriani, selaku penanggung jawab acara ini, menambahkan bahwa dalam Islam pun demikian. Selain itu, dalam dunia medis, puasa diyakini bisa menahan dari berbagai penyakit. Karena perut manusia itu ibarat mesin yang selalu bekerja. Oleh karenanya perlu istirahat, untuk menstabilkan kembali fungsi dan tugasnya.

Setelah sesi sharing season berakhir, terdengar adzan Maghrib yang menandakan waktunya berbuka puasa bagi umat muslim. Antusias dan raut bahagia tidak hanya terlihat dari wajah umat Islam, melainkan juga terpancar dari wajah umat agama lainnya. Hal ini menjadi tanda kerukunan antar umat beragama.

Kerukunan antar umat beragama menjadi kunci keutuhan bangsa ini. Oleh karenanya, nilai-nilai toleransi mesti dijaga dan dilestarikan. Toleransi adalah menjadikan perbedaan sebagai persaudaraan, dan bersaudara dalam perbedaan.

Penulis: Kiki Maulana/ PWC

Editor: Ina S. Febriani

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top