Seminar Parenting di UIN SMH Banten Memperkuat Kualitas Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Usia Dini
Serang, 21 Mei 2024
Pada hari Selasa, 21 Mei 2024, Aula Lt. 3 Gedung B Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten dipenuhi dengan kehadiran para orang tua yang antusias mengikuti Seminar Parenting. Acara yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (HMPs PIAUD) UIN SMH Banten ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pola asuh orang tua terhadap perkembangan anak usia dini.
Dengan menghadirkan Nuha Usawati, seorang Parenting Coach yang berpengalaman, sebagai narasumber utama, seminar ini berhasil memberikan wawasan yang berharga bagi para peserta. Nuha Usawati membahas berbagai topik penting terkait pola asuh yang efektif, termasuk cara memahami perkembangan anak usia dini, teknik komunikasi yang efektif dengan anak, strategi mendisiplinkan anak tanpa kekerasan, cara menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, dan tips untuk membangun hubungan yang positif dengan anak.
“Wawasan yang diberikan dalam seminar ini sangat bermanfaat bagi kami sebagai orang tua. Kami belajar banyak tentang bagaimana mendukung perkembangan anak kami dengan cara yang tepat,” ujar salah satu peserta.
Nuha Uswati menyampaikan tujuh gaya pengasuhan yang dianggap “mematikan” bagi perkembangan anak. Masing-masing gaya pengasuhan memiliki ciri-ciri dan dampak negatifnya sendiri pada anak.
1. Helicopter Parenting:
Gaya pengasuhan ini ditandai dengan pengawasan dan kontrol yang berlebihan terhadap anak. Orang tua yang menerapkan gaya ini cenderung selalu mengawasi dan mengatur setiap langkah anak, tanpa memberikan ruang untuk anak belajar mandiri dan mengambil keputusan sendiri. Dampak negatifnya, anak bisa menjadi kurang percaya diri, tidak mandiri, dan mudah cemas.
2. Secondary Parenting:
Gaya pengasuhan ini ditandai dengan sikap orang tua yang menempatkan kebutuhan dan keinginan mereka sendiri di atas kebutuhan anak. Orang tua yang menerapkan gaya ini cenderung lebih fokus pada pekerjaan, hobi, atau kehidupan pribadi mereka, sehingga anak merasa kurang diperhatikan dan diprioritaskan. Dampak negatifnya, anak bisa menjadi kurang percaya diri, merasa tidak dicintai, dan memiliki masalah dalam membangun hubungan dengan orang lain.
3. Incubator Parenting:
Gaya pengasuhan ini ditandai dengan sikap orang tua yang selalu berusaha melindungi anak dari rasa sakit dan kekecewaan. Orang tua yang menerapkan gaya ini cenderung berusaha untuk menyelesaikan semua masalah anak dan mencegahnya dari mengalami kesulitan. Dampak negatifnya, anak bisa menjadi kurang tangguh, tidak mandiri, dan mudah menyerah ketika dihadapkan dengan tantangan.
4. Band Aid Parenting:
Gaya pengasuhan ini ditandai dengan sikap orang tua yang selalu berusaha untuk memperbaiki kesalahan anak dengan segera. Orang tua yang menerapkan gaya ini cenderung selalu memberikan solusi dan bantuan kepada anak, tanpa memberikan kesempatan anak untuk belajar dari kesalahan mereka sendiri. Dampak negatifnya, anak bisa menjadi kurang bertanggung jawab, tidak mandiri, dan tidak mampu menyelesaikan masalah sendiri.
5. Paranoid Parenting:
Gaya pengasuhan ini ditandai dengan sikap orang tua yang selalu merasa cemas dan khawatir terhadap anak. Orang tua yang menerapkan gaya ini cenderung selalu mengawasi anak dengan ketat dan membatasi aktivitas mereka karena takut akan bahaya. Dampak negatifnya, anak bisa menjadi kurang percaya diri, tidak mandiri, dan selalu merasa terancam.
6. Accessory Parenting:
Gaya pengasuhan ini ditandai dengan sikap orang tua yang menggunakan anak sebagai aksesoris untuk menunjukkan status sosial mereka. Orang tua yang menerapkan gaya ini cenderung memaksakan anak untuk mengikuti keinginan mereka dan memamerkan pencapaian anak kepada orang lain. Dampak negatifnya, anak bisa menjadi kurang percaya diri, merasa tidak berharga, dan memiliki masalah identitas.
7. Buddy Parenting:
Gaya pengasuhan ini ditandai dengan sikap orang tua yang berusaha untuk menjadi sahabat anak. Orang tua yang menerapkan gaya ini cenderung memperlakukan anak sebagai teman sebaya dan tidak menerapkan disiplin yang tegas. Dampak negatifnya, anak bisa menjadi kurang disiplin, tidak bertanggung jawab, dan tidak mampu menghormati batasan.
Gaya pengasuhan yang “mematikan” ini dapat berdampak negatif pada perkembangan anak secara emosional, sosial, dan intelektual. Penting bagi orang tua untuk memahami dan menghindari gaya pengasuhan ini agar dapat membesarkan anak yang sehat dan bahagia. Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan karakteristik yang berbeda-beda. Tidak ada satu gaya pengasuhan yang cocok untuk semua anak. Orang tua perlu fleksibel dan menyesuaikan gaya pengasuhan mereka dengan kebutuhan dan perkembangan anak.
Selain itu, penting bagi orang tua untuk membangun hubungan yang positif dan terbuka dengan anak. Hal ini dapat membantu anak untuk merasa dicintai, dihargai, dan didukung, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Selain Nuha Usawati, acara ini juga dipandu dengan baik oleh moderator Wulan Fauzia, M.Pd, yang memastikan jalannya seminar berjalan lancar dan interaktif.
Pesan moral dari seminar ini sangat jelas, yaitu pentingnya pola asuh yang tepat dalam perkembangan anak usia dini. Para orang tua diingatkan akan peran penting mereka dalam membentuk generasi mendatang, dan melalui seminar ini, mereka diberi alat dan wawasan untuk melakukannya dengan lebih baik.
Seminar ini juga menampilkan suasana yang ramah dan interaktif, di mana peserta dapat berdiskusi dan bertukar pengalaman dengan sesama orang tua. Banner seminar, meja dan kursi peserta, podium narasumber, layar proyektor, dan kamera tersedia untuk mendokumentasikan momen berharga ini.
Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (HMPs PIAUD) UIN SMH Banten secara aktif mengundang para orang tua untuk mengikuti kegiatan serupa di masa depan. Mereka dapat dihubungi melalui kontak yang tersedia untuk informasi lebih lanjut. (ABFM)
#seminarparenting #polaasuh #anakusiadini #hmpspiauduinbanten #uinsmhbanten