Sekprodi PAI, Dr. Ina Salmah Febriani H, M.A bersama narasumber Metodologi Living Quran-Hadits, Dr. Ahmad Ubaydi Hasbillah, M.Hum didampingi Ketua Daurah Tafsir Pusat Studi Quran, Dr. Achmad Zayadi, M.Pd beserta 127 mahasiswa Prodi PAI berpose pada acara pembukaan Seminar dan FGD Metodologi Living Quran dan Hadits, Kamis (7/12)
Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar living Quran dan Hadits? Menghidupkan nilai-nilai Quran dan Hadits? Atau upaya membumikannya menjadi sebuah praktik dan pengamalan harian? Ya, tepat sekali! Living al-Quran dan Hadits yang diawali dengan kata berbahasa Inggris ‘live‘ dan menjadi verb-ing ‘living‘ sesungguhnya memiliki arti hidup- menghidupkan nilai-nilai Al-Quran dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Quran yang berupa teks bersifat kekal dan shahih likulli zaman wa makaan tidak cukup hanya dibaca dan dihafalkan. Perlu upaya konkrit untuk mengamalkan ayat-ayat Quran dan meneladani amalan-amalan Rasulullah— dalam praktik kesalehan individu dan sosial. Living Quran-hadits sendiri tidak dapat berdiri tanpa ilmu-ilmu yang melingkupinya– seperti ilmu-ilmu dirasah al-Quran yang berupa teks fiqh, ushul fiqh, tafsir, sharaf, nahwu, balaghah, bahkan pula terintegrasi dengan kajian budaya, seni, sosial, hukum, ekonomi dan beberapa bidang keilmuan lainnya.
Mengingat pentingnya pengetahuan dasar perihal ‘bagaimana’ mengamalkan nilai-nilai al-Quran dan meng-ilmiahkan kajian ini, Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) menggelar acara bertajuk ‘Seminar dan FGD Ilmu Living Al-Quran dan Hadits’ sebagai bekal pemahaman mahasiswa bagaimana ‘membumikan’ ayat-ayat suci al-Quran dan mengamalkan isi hadits sehingga dapat diteliti, ditulis, diriset menjadi sebuah karya dan temuan ilmiah. Mata Kuliah Living Al-Quran-Hadits di Prodi PAI memang terbilang baru sebagai implementasi kurikulum merdeka. Artinya, living Quran-hadits sangat penting dipelajari dan dikaji oleh Prodi PAI yang output lulusannya ialah pendidik.
Senada dengan hal tersebut, Dr. Achmad Zayadi, M.Pd selaku Ketua Program Daurah Tafsir Pusat Studi Al-Quran (PSQ) menyambut baik dan bahagia kunjungan mahasiswa/i sebagai bentuk apresiasi terhadap bidang pengembangan pendidikan dan kajian Al-Quran. “Kajian living Quran dan hadits bukan hanya spesifik untuk mahasiswa/i IAT saja, melainkan penting untuk para calon pendidik. Terlebih kita telah mengenal profil pelajar Pancasila juga kurikulum merdeka” ucap Pak Zayadi dalam sambutannya.
Jika kita telusuri— lanjut Pak Zayadi— filosofi pelajar Pancasila sangat kental dengan nuansa Qurani. “Misalnya, dimensi pertama pelajar pancasila adalah beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan kosa kata Qurani, taqwa dan akhlak ini hanya terdapat dalam al-Quran. Hal inilah kemudian melahirkan titik temu bahwa pendidik sejatinya harus beriman, bertaqwa dan memiliki akhlak mulia sebab ia adalah teladan untuk para siswa,” pungkasnya
Setelah paparan Pak Zayadi, mahasiswa langsung mendapatkan informasi langsung dari salah satu pakar Ilmu Living Quran dan Hadits, Dr. Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, M.A. Ustadz Ubaydi fokus menjelaskan bagaimana hakikat living Quran dan Hadits dari makna ontologis, aksiologis dan epistemologis. “Agar dapat disebut sebuah ilmu, maka sebuah disiplin ilmu harus bisa didekati, didalami secara sistematis dan ilmiah,” tutur Ustadz Ubaydi membuka paparan. Dosen Universitas Hasyim Asyari Jombang ini menjelaskan bahwa urgensi living Quran dan hadits menjadi disiplin ilmu sebagai pelengkap kajian-kajian al-Quran yang selama ini berkutat pada ranah teks. “Oleh karena itu Living Quran dan Hadits ialah upaya menghidupkan secara perilaku, praktik dan perbuat yang terinspirasi dari Quran dan hadits baik secara individu dan komunal (komunitas),” ungkapnya.
Setelah sesi diskusi, mahasiswa dipandu untuk mempresentasikan mini-research UTS. Riset mini ketika UTS ini dilakukan melalui upaya konkrit mahasiswa untuk terjun lapangan, mencari, menganalisa kegiatan keagamaan di masyarakat. Mini riset ini kemudian dipresentasikan dalam acara ini untuk didiskusikan langsung pada Ustadz Ubaydi. Dari sekian banyak judul yang telah dibahas, Ustadz Ubaydi kemudian melihat bahwa praktik keagamaan tidak bisa serta merta disebut sebagai living Quran-hadits sebelum kita (sebagai periset) bertanya dan mengonfirmasi langsung pada informan/ pengamal praktik keagamaan tersebut.
Setelah mempresentasikan hasil mini riset, mahasiswa/i dipandu untuk berkeliling ke seluruh bangunan PSQ; melihat-lihat bazar buku karya Prof. Dr. Quraish Shihab, dan mengenal pondok pesantren Bayt Quran , perpustakaan juga Sekolah Murid Merdeka (SMM) binaan Ibu Najeela Shihab. Kunjungan akademik dan seminar metodologi living Quran dan hadits ini diharapkan dapat memicu semangat mahasiswa untuk terus mau belajar dan mengajar al-Quran, mempraktikkan dan mengamalkan ayat suci al-Quran dan hadits Rasulullah. Aamiin