
Bapak Dr. Achmad Syuja’i, M.Pd pemandu praktik pemulasaran jenazah) tengah mendampingi mahasiswi untuk memulasari jenazah, Rabu 14/5 di Aula Lantai III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN SMH Banten
Menyiapkan mental menuju kematian bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak yang enggan mempelajari bagaimana ‘caranya’ menghadapi kematian. Entah karena ragu, takut ataupun masih minim ilmu. Melalui salah satu alasan tadi, Prodi PAI justeru menginisiasi prosesi atau praktik pemulasaran jenazah. Praktik ini dipandu langsung oleh Bapak Dr. Achmad Syuja’i, M.Pd. Dalam acara tersebut, Pak Syuja’i memberikan motivasi bahwa belajar ‘mati’ bukan berarti kita sudah siap lantaran yakin amalan kita sudah banyak dan sempurna. Sebaliknya, justeru kita semakin sadar bahwa hidup yang baik itu ialah senantiasa mengingat kematian dan mempersiapkan moment itu sebaik mungkin. “Jika kita bahagaia menyambut kelahiran bayi, justeru, kita juga harus bahagia dan punya cukup ilmu untuk menghadapi kematian. Caranya? Yuk belajar memulasari jenazah. Agar ketika orangtua kita atau keluarga berpulang lebih dulu, kita sudah punya bekal cukup ilmu.” tuturnya.
Senada dengan Pak Syuja’i, dalam sambutannya, Pak Kaprodi PAI, Bapak Drs. H. Saefudin Zuhri, M.Pd pun menyambut baik acara ini. “Luar biasa! Kita tahu bahwa kematian itu bukan sesuatu yang menakutkan. Nah, cara untuk membumikan nilai spiritual inilah dengan cara mempraktikkannya. Kita harus punya bekal ilmu yang cukup guna menghadapi kematian diri sendiri maupun orang-orang terdekat kita nantinya,”


Seminar dan Praktik pemulasaran jenazah ini dilakukan untuk memenuhi perkuliahan pada dua mata kuliah yakni Praktik Ibadah dan Fiqh Ibadah. MK ini diampu oleh Bapak Abdul Qodir, M.Pd dan Bapak Hasbullah, M.Pd.i. Sebanyak 192 mahasiswa semester II wajib menghadiri acara ini untuk menguatkan kompetensi keagamaan sekaligus menyiapkan bekal dasar tentang pemulasaran jenazah.

Pak Dr. Syuja’i juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa/i untuk praktik bersama bagaimana memulasari jenazah mayyit perempuan dan juga laki-laki. Pemahaman ini sangat dibutuhkan mahasiswa/i karena ternyata masih banyak yang belum memahami tatacara pemulasaran jenazah yang baik dan benar. “Semoga, acara ini bukan saja untuk menambah wawasan terkait pemulasaran namun juga menguatkan mental ketika saat itu tiba, kalian sudah siap mengurus jenazah orang-orang tercinta dengan baik dan benar,” punkas Pak Syuja’i.