Demi membekali pengetahuan dosen terkait dengan implementasi kurikulum merdeka, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) menggelar acara Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah/ Madrasah bagi Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Rabu (16/8) di Aula Lantai I, Gedung A, FTK. Acara ini sangat penting dilakukan mengingat sekolah/ madrasah mitra FTK telah menerapkan kurikulum merdeka dalam pembelajarannya. Turut hadir dalam acara ini Wakil Dekan I FTK Dr. Hj. Eneng Muslihah, Ph.D, Wakil Dekan II, Dr. Apud, M.Ag, beserta puluhan dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Dalam sambutannya, Dekan FTK, Dr. Nana Jumhana, M.Ag menyambut baik terselenggaranya Workshop IKM ini mengingat dosen FTK diharapkan mampu menerapkan kurikulum ini dalam pola pembelajaran Mata Kuliah Pedagogik. Di samping itu, sekolah-sekolah mitra Program Pengenalan Lapangan Persekolahan baik di madrasah maupun sekolah, sebagian besar telah menggunakan kurikulum merdeka. Ibu Siti Rohmawati, S.Pd.i, M.M, selaku narasumber acara ini, sangat bahagia bisa terlibat langsung dalam sharing praktik baik IKM bersama dosen-dosen FTK.
Ibu Siti Rohmawati mengungkap bahwa kurikulum merdeka sebagai alternatif kurikulum yang ditawarkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai kebutuhan yang saat ini dirasakan terlebih saat virus Covid-19 melanda dunia. Banyak siswa yang kehilangan semangat belajar (learning loss). Sehingga, dengan adanya kurikulum merdeka, ini dapat diaplikasikan secara berproses di satuan pendidikan.
“Studi-studi nasional maupun internasional, salah satunya PISA menunjukkan bahwa banyak siswa kita yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar Skor PISA tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 sampai 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum membaca dan matematika. Survey lain juga menyebutkan bahwa kesenjangan kualitas pendidikan dan virus Covid-19 juga memperparah kondisi ini.” tutur Siti Rohmawati.
Lalu, apa yang membedakan kurikulum 2013 (kurtilas) dengan kurikulum merdeka? Perbedaan mendasarnya, urai Siti Rohmawati ada pada analisis Capaian Pembelajaran (CP), Tujuan Pembelajaran (TP), ATP, Modul Ajar. “Seorang guru, harus pandai menganalisis CP dari tiap masing-masing, apakah sesuai diterapkan sesuai dengan kelas yang akan diajar?” ucap Siti.
“Perbedaan mendasar kurtilas dengan kurikulum merdeka ialah struktur kurikulum yang lebih fleksibel, jam pelajaran ditargetkan untuk dipenuhi dalam satu tahun. Kedua, fokus pada materi yang esensial, Ketiga, capaian pembelajaran diatur per fase, bukan per tahun. Keempat, memberikan keleluasaan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.”
Kendati materi yang diberikan cukup padat, antusiasme dosen yang hadir sangat luar biasa. Pada sesi I, mulai banyak pertanyaan dari beberapa peserta utamanya langkah strategis apa yang dapat dilakukan pada pola pembelajaran. Maka, narasumber mengarahkan bahwa setiap guru sangat perlu melakukan asesmen; formatif (asesmen awal pembelajaran untuk mengetahui kesiapan belajar murid). Asesmen ini bisa menjadi acuan pembelajaran yang akan didiskusikan berikutnya). Asesmen awal ini sangat penting dilakukan dan cukup sekali saja. Penilaian ini bukan berbentuk angka namun dalam bentuk rubrik misalnya uraian (berkembang, cukup berkembang, berkembang dengan bantuan dsbnya).” tutur Siti.
Fungsi asesmen awal/ tes formatif ini bagi Siti, sangat krusial agar guru dapat melihat aneka perbedaan minat, bakat dan gaya belajar masing-masing siswa. Selain itu, rubrik harus mengacu pada tujuan pembelajaran/ indikator.” ucapnya.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana mengasesmen siswa sebelum pembelajaran? Bagaimana mengetahui bakat masing-masing anak? Silahkan guru melakukan asesment secara sederhana., misalnya memanfaatkan guru BK atau menghadirkan psikolog ke sekolah. Selain itu, manfaatkan aset dari sekolah. atau memanfaatkan layanan digital dengan link akupintar.id itu dapat mengetahui gaya belajar anak apa. Intinya, apapun kurikulumnya, baik kurtilas maupun kurmer sebetulnya harus terdiferensiasi. Karenanya, asesmen awal harus ditindak lanjuti oleh guru. Agar pola pembelajaran di kelas mampu terdiferensiasi, melakukan pola pembelajaran sesuai dengan minat dan bakat siswa,” pungkas Siti Rohmawati.
Sesi I ini masih akan berlangsung hingga selepas zuhur dimana dosen nantinya akan dipandu untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka dalam mata kuliah yang nanti akan diampu pada semester ganjil mendatang.